Run For My Life

Senin, 20 Agustus 2012

Hanya Isyarat

Entah hijau, entah coklat muda. Belum pernah kulihat bola mata berwarna hijau, jadi tidak bisa terlalu yakin. Dan tempat ini didesain dengan penerangan yang buruk. Remang yang malah tidak romantis. Remang yang malah membuat segalanya tidak jelas. Namun hanya tempat ini yang masih buka. Hiburan yang tersedia adalah tayangan pertandingan sepak bola dini hari dari televisi 14 inci dan kumandang lagu disko era satu dekade silam serta kelap-kelip bohlam warna-warni yang sebaiknya jangan dilihat lebih dari satu menit karna membuat sakit mata. Tinggal empat manusia yang tersisa, dan dia satu di antaranya. Karenanya aku bertahan. Satu-satunya betina yang menguapkan feronom di sekumpulan makhluk jantan. Secara alamiah tak mungkin aku dilewatkan. Namun mereka malas menggubris karena tidak pernah ada pembicaraan menarik keluar dari mulutku sejak hari pertama kami semua berkenalan. Sementara aku masih menyandang status “kenalan”, mereka sudah menjadi tiga serangkai—sahabat temporer yang dikondisikan waktu dan tempat. Aku tidak merasa rugi. Yang menarik dari mereka hanyalah dia. Dan dia bukanlah pembicaraan. Dia adalah tujuan. Tujuanku bertahan. Satu di antara mereka menghampiri meja bar, meminta lampu warna-warni itu dimatikan. Rupanya mereka tidak lagi tahan. Cuama aku yang tidak terganggu. Kelap-kelip itu menjadikanku semacam latar yang kadang menyerupai manusia kadang bukan. Dan dalam keraguan orang akan merasa lebih baik diam. Kehadiranku jadi tidak perlu dikonfirmasi. Aku butuh lampu-lampu itu. Satu di antara mereka sampai berteriak senang begitu sakelar dipadamkan. Yang tersisa tingallah sinar rembulan dan lampu berkekuatan kecil yang menyerupai penerangan lilin. Malam mendadak manis. Tempat itu mendadak romantis. Aku tidak suka. Tanpa sengaja dia menolek ke arahku. Mereka tidak bisa lagi menghindar. Aku pun tidak bisa lagi menyamar menjadi latar. Sebuah kursi didekatkan ke meja mereka, dan dia mempersilahkan aku duduk. Dia, yang paling kucari. Tapi tidak dalam jarak seperti ini. Kursi kami yang berdempetan membuat tempurung lutut kami bersinggungan. Andai ada pintu masuk disitu, akan kuselundupkan setengah bahkan tiga perempat jiwaku untuk merasukinya, untuk membaca pikirannya, memata-matai perasaannya. Cukup seperempat saja jiwaku berjaga di meja itu, untuk tersenyum sopan, tertawa kecil, dan merespon ‘oh’ atau ‘oooh’ atas percakapan apapun. “Kami sedang melakukan satu permainan,” dia menjelaskan. “Bertukar cerita paling sedih,” temannya menambahkan, “yang terpilih jadi juara akan mendapatkan... ini.” Sebuah botol bir yang masih utuh digeser ke pusat meja. Cepat kujelaskan bahwa aku tidak minum bir sehingga tidak perlu ikut berlomba. Cepat pula mereka melontarkan ide baru, bahwa bagi yang tidak minum bir akan disediakan hadiah lain, yakni kesempatan untuk memilih siapa pun untuk melakukan apa pun dan tidak boleh ditolak. Ide itu disambut baik. Bahkan ide bir sebagai hadiah utama dilengserkan. Satu demi satu bercerita. Kisah putus cinta, kisah kehilangan teman, dan kisah bencana alam. Tiba gilirannya. Dia berkisah tentang cahaya. Dia pernah mati suri, dan dalam tidurnya ia melihat padang hijau, lalu cahaya besar. Namun di saat cahaya itu hendak merengkuhnya, ia justru terbangun. Semua orang yang saat itu menungguinya terbaring koma tentu saja bergembira. Tapi ia tidak. Hatinya bahkan patah. Ia menemukan cinta sejati dalam sebuah cahaya entah apa, yang Cuma bisa ditemui saat mati suri atau mati betulan. Pertemuan yang teramat mahal. Akhirnya dia memutuskan untuk menjadi pertapa di abad modern, menjadi manusia yang mengatasi cinta insani dan berjuang untuk menghikmati cinta ilahi. Demi kembali menemukan cahaya itu, tanpa perlu tunggu koma atau ko’it. Ketiga temannya termenung. Sulit berempati pada kisahnya. Aku juga termenung. “Giliran kamu,” suaranya memecah kesunyian. Kepalanya menoleh ke arahku, matanya menatap mataku. Cepat aku menatap bulan yang lebih mudah dihadapi. Sejenak aku teringat botol bir yang berembun tadi, aku teringat trotoar tempat kami berjalan dan kakinya yang kubiarkan melangkah beberapa meter di depan, aku teringat siluet punggungnya yang menghadap panggung di bar yang kami kunjungi sebelum ini, aku teringat kehidupanku beberapa hari yang lalu sebelum bertemu dengannya, aku teringat ke mana aku harus kembali setelah malam ini, dan ke mana ia pergi nanti. Aku mulai berkisah, tentang satu sahabatku yang lahir di negeri orang lalu menjalani kehidupan keluarga imigran yang sederhana. Setiap kali ibunya hendak menghidangkan daging ayam sebagai lauk, ibunya pergi ke pasar untuk membeli bagian punggungnya saja. Hanya itu yang mampu ibunya beli. Sahabatku pun beranjak besar tanpa tahu bahwa ayam memiliki bagian lain selain punggung. Ia tidak tahu ada paha, dada, atau sayap. Punggung menjadi satu-satunya defenisi yang ia punya tentang ayam. Mereka semua senyap, lurus memandangiku. Mereka tidak menduga kata-kata sebanyak itu meluncur keluar dari orang yang selama ini mereka kira arca. Dan betapa gemas mereka menanti lanjutan cerita tentang punggung ayam di negeri orang. Aku menghela napas. Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hanya hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa. “Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia menikmati punggung ayam tanpa tahu ada bagian lain. Ia hanya mengetahui apa yang sanggup ia miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki.” Kusudahi kisahku seraya menyambar botol bir yang tidak lagi jadi piala dan mendadak terlihat sangat menarik. Mereka semua berpandang-pandangan, mencari sang juara. Aku menunduk dan memilih tidak ikut serta. Tahunan tidak mengecap alkohol, bir ini menjadi lebih dahsyat dari semua kisah sedih tadi. Tiba-tiba kudengar mereka bertepuk tangan. Dia bahkan menyalamiku. Kisahku dinobatkan jadi juara, dan kini saatnya menentukan hadiah yang kumau. Siapa dan melakukan apa. Mereka begitu bersemangat menunggu titah dari mulutku yang ternyata penuh kejutan. Untuk pertama kalinya aku menjadi bagian dari mereka, sekelompok sahabat temporer yang bertemu di satu tempat asing dan kelak hanya akan berkirim surat elektronik. Namun bukan itu yang kucari. Aku hanya ingin kembali ke tempatku, di belakang sana. Menikmati apa yang kusanggup. Bukan di meja ini, bukan disebelahnya, bukan bersentuhan dengan kakinya. Malam itu, sebagai hadiah kisah sedihku tentang cinta sebatas punggung dan punggung ayam di negeri orang, aku memilih dia. Aku menyuruhnya pegi ke bar dan menyalakan sakelar lampu warna-warni tadi. Kemudian aku permisi pergi ke tempat dudukku semula, supaya sekembalinya ia nanti, diriku sudah berubah menjadi latar tak jelas yang tak perlu diajak bicara. Tempat ini kembali remang tidak romantis. Ia kembali menjadi sebentuk punggung yang sanggup kuhayati, yang kuisyarat halus melalui udara, langit, sinar bulan, atau gelembung bir. Matanya cokelat muda. Itu sudah lebih dari cukup. cerpen ini adalah karya Dee dalam bukunya Rectoverso, salah satu buku favorit saya.

shinichi kudo

Nama : Shinichi Kudo Umur : 17 tahun Sekolah : SMA Teitan Keluarga : Yusaku Kudo (ayah), Yukiko Kudo (ibu) Kekasih : Ran Mouri Admirer : Shiho Miyano Sahabat : Profesor Agasa, Heiji Hattori
Also known as : Nama : Conan Edogawa Umur : 7 tahun Sekolah : SD Teitan Admirer : Ayumi Sahabat : Genta, Mitsuhiko, Ai Haibara, Opsir polisi Miwako dan Takagi, Agen FBI Jody
gaya Shinichi saat memikirkan pemecahan sebuah kasus
Ran
gadis yang paling membuatku iri sedunia. gadis yang dicintai Shinichi
Shinchi Kudo! Aishiteru :*

Minggu, 19 Agustus 2012

Hal yang Tidak Mungkin


Suatu suara dalam dadaku berucap, “ah, ini tak mungkin”
Belum pernah aku membayangkan hal seperti ini sebelumnya

Aku takut mencobanya
Karena aku tahu ini tidak mungkin

Benarkah apa kata mereka
Bahwa kau pernah menyukaiku dahulu
Tapi kau juga berpendapat hal yang sama denganku
Kalau hal ini tidak mungkin???

Walaupun saat mendengarnya
Senyum ini rasanya tidak berhenti mengembang
Dada ini rasanya terlalu sesak untuk diisi udara

Tapi aku kembali sadar
Ah! Rasanya tidak mungkin

Sebelah sisi otakku tiba tiba berkata
Tidak apa apalah sekali kali kau berkhayal
Toh hal itu tidak akan diketahui orang lain

Aku marah.....
Aku tahu ini tidak mungkin
Bagaimana bisa otakku yang dungu ini bisa mengembangkan khayalan seperti itu?
Teruntukmu cinta  yang selayaknya tak kumiliki
Dan memang tak mungkin kumiliki
Maaf telah membuat sibuk  akhir akhir ini
Tapi biarlah aku menjagamu tetap ada dalam hatiku
Walau aku tahu, ini tidak mungkin...................

Autobiografi 'yang katanya harus' Inspiratif


Kalau ilmuwan seperti Einstein atau katakanlah presiden setaraf John F Kennedy atau bisa juga olahragawan seperti Messi bisa berbangga, hidupnya penuh dengan kisah-kisah menarik bahkan inspiratif sehingga beliau-beliau bisa membukukannya dalam sebuah buku Biografi ataupun Autobiografi. Nah, bagaimana halnya dengan saya, yang otaknya tidak melebihi 0,0001% dari otak Einstein, yang kemampuan untuk memimpinnya tidak mencapai 1/32768 dari kemampuan John F Kennedy, dan yang kemahiran dalam olahraganya lebih bobrok daripada Messi umur 2 tahun? Tetapi bukan berarti saya menjadi kecil nyali, ciut perasaan, minder atau yang lainnya. Karena masih ada beratus atau bahkan beratus juta atau mungkin saja bermilyar orang yang seperti saya.
Kalau kisah hidup saya dibeberkan satu per satu dalam sebuah buku maka tidak akan ada yang mau membeli dan membacanya meskipun harganya sudah diskon 100% atau kemasannya saya buat seimut mungkin dengan tambahan sapu tangan lucu bergambar minneymouse. Karena tidak ada yang menarik kawan! Jadi saya cukupkan untuk membuat sebuah autobiografi yang katanya harus inspiratif sesuai ketentuan yaitu 2 halaman kertas A4 dan ketentuan lainnya. Itu pun kalau bisa dikatakan inspiratif.
Keinginan saya masuk UI adalah sebuah obsesi yang tidak tertawar-tawar lagi. Keinginan itu tumbuh sejak tahun 2003, saat itu saya masih kelas 3 SD. Saya sangat terobsesi masuk UI karena kakak laki-laki saya lulus menjadi mahasiswa di Teknik Perkapalan UI. Setiap akhir tahun dia pulang dia selalu menceritakan betapa hebatnya kampus UI itu. Dan setiap tahun pula diam-diam saya memendam sebuah kalimat “ntar bakalan jadi kampus gue juga tuh!
Dan selama saya sekolah SD, SMP, SMA tidak ada satu pun teman sekolah saya yang tidak tahu kalau saya ingin sekali masuk UI. Bahkan nama saya dibuat olok-oloknya menjadi ‘Rima UI’ tetapi itu tidak membuat saya malu namun bahkan menjadi tantangan bagi saya untuk mewujudkannya. Di benak saya tidak ada universitas lain, yang ada hanya UI, tidak ada ITB, Unpad, Undip atau Unair. Saya tidak mau kenal itu semua.
Sampai akhirnya gerbang memasuki perguruan tinggi idaman saya itu sudah di depan mata. Ketika itu saya duduk di bangku kelas 3 SMA, sekolah saya  memiliki jatah bagi siswa-siswanya untuk mengikuti program masuk PTN yang tahun ini dinamakan SNMPTN Undangan sebanyak 50 orang. Dan saya terpilih menjadi salah satu siswa yang mendapat jatah tersebut. Saya bukan main senangnya. Langsung saja saya cari tahu apakah UI melaksanakan program undangan tersebut dan ternyata iya! Saya tidak menunda-nunda lagi untuk segera mendaftarkan diri saya. Saat itu saya memasukkan Teknik Industri UI pada pilihan pertama dan Teknik Lingkungan UI pada pilihan kedua.
Tetapi jalur SNMPTN Undangan bukanlah satu-satunya jalur untuk masuk ke UI. Masih ada jalur SNMPTN Tulis dan SIMAK. Jadi saya mempersiapkan diri juga untuk kedua jalur cadangan tersebut dengan mengikuti program Bimbingan Belajar. Dalam bimbingan belajar saya atau disingkat bimbel mengadakan 4 kali Try Out, di TO pertama saya lulus di Bahasa dan Kebudayaan Korea UI, TO kedua saya lulus di Bahasa Rusia UI, di TO ketiga saya lulus di Teknologi Bioproses UI, dan di TO keempat saya lulus di Arsitektur Interior UI. Keempat pilihan tersebut sebenarnya bukan pilihan awal saya, karena pilihan awal saya adalah Teknik Industri UI. Tetapi setelah menimbang, mengukur dan menggali kemampuan saya, akhirnya saya putuskan untuk tidak mengambilnya karena pilihan itu terlalu tinggi untuk ukuran kemampuan saya. Dan keputusan terakhir saya adalah memilih Teknologi Bioproses UI di pilihan  pertama, Sastra Belanda di pilihan kedua dan Bahasa dan Kebudayaan Korea di pilihan ketiga.
Akhirnya tibalah hari dimana hasil seleksi SNMPTN jalur Undangan diumumkan. Dengan bergetar tangan saya mengklik tombol Hasil Seleksi dan mendapati diri saya tidak lolos seleksi alias GAGAL! Kedua orangtua saya turut menyabar-nyabarkan saya. Saya sendiri juga harus kuat karena  3 hari lagi saya akan menghadapi SNMPTN Tulis.
Hari SNMPTN tulis pun tiba, Mama saya datang dari kampung untuk mensupport saya dan bahkan ikut mengantar saya ke lokasi ujian. Hari pengumuman hasil seleksi SNMPTN Tulis masih ada 3 minggu lagi, selama itu saya mendaftarkan diri  dan mempersiapkan diri untuk jalur SIMAK. Ketika pengumuman hasil seleksi SNMPTN Tulis tiba, saya meraup kekecewaan lagi, saya TIDAK LOLOS lagi kawan! Hati ini rasanya pilu sekali. Untuk mengabarkan kedua orangtua saya tidak sanggup. Namun akhirnya saya beri tahu juga kabar buruk ini. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam hati Mama saya ketika beliau mengatakan ‘Sabar ya Anakku, mungkin di jalur ini kau gagal tapi Mama yakin kau pasti masuk UI melalui jalur SIMAK, tetap semangat ya Anakku.’ Betapa teririsnya hati saya kala itu.
Di hari ujian SIMAK Mama saya sekali lagi mengantarkan saya ke tempat pelaksanaan ujian. Saya cium dan saya peluk Mama saya sebelum memasuki ruang ujian. Saya lihat sekali lagi wajah Mama saya. Dalam hati saya bertekad, saya tidak akan menambahkan rasa kecewa lagi di wajah itu.
Pengumuman SIMAK ini adalah pengumuman paling mendebarkan daripada pengumuman seleksi-seleksi saya sebelumnnya. Betapa tidak, ini adalah penentuan apakah saya menjadi mahasiswi UI tahun ini atau tidak. Dan ketika membuka hasil seleksinya saya mendapati diri saya LULUS kawan! Oh, saya loncat kegirangan menyambut kabar baik ini, begitu juga Mama saya. Kegagalan sebelumnya sudah terbayarkan dengan keberhasilan ini.
Sekian dahulu cerita dari saya, kiranya cerita ini dapat menginspirasi kawan-kawan semua bahwa jika ada cita-cita atau impian yang tinggi, janganlah takut untuk meraihnya. Saya punya kalimat yang munkin dapat menginspirasi kawan-kawan semua “Bidiklah bulan, sekalipun meleset panahmu akan mendarat di antara bintang-bintang.” Sekarang saya resmi menjadi mahasiswa UI program studi Sastra Belanda fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. It’s like a dream comes true. Akhir kata saya ingin menyampaikan kepada kawan-kawan semua, ‘Nekadlah terhadap Tekadmu!’
Terimakasih.



Kamis, 16 Agustus 2012

beberapa fakta- fakta dibalik lagu ciptaan Taylor swift


1.Tim McGraw
Dibalik lagu ini terdapat 2 kisah yang di gabung dalam 1 lagu ini, cerita yg pertama:
-      “Lagu ini sangat berarti bagiku, itulah mengapa aku mau lagu ini menjadi track nomor satu di album ini. Ide untuk lagu ini datang padaku di kelas matematika. Aku hanya mulai bernyanyi –kepada diriku sendiri– ‘When you think Tim McGraw’. Konsep dari lagu ini adalah waktu aku berpacaran dengan seseorang yang pergi begitu saja, dan kepergian itu menyudahi hubungan kami. Lalu aku mulai berpikir tentang sesuatu yang mengingatkanku padanya. Hal pertama yang datang ke pikiranku adalah bahwa lagu favoritku saat itu adalah lagu dari Tim McGraw. Setelah pulang sekolah, aku pergi ke pusat kota, duduk di depan piano, dan menulis lagu ini bersama Liz Rose selama 15 menit. Saat itu mungkin adalah 15 menit terbaik yang pernah kurasakan.”

-        Taylor merupakan fans beratnya Tim McGraw. Bahkan Taylor juga bilang kalo Tim itu adalah salah satu orang yang menginspirasi-nya dalam bernyanyi. Jadi lagu ini diciptakan untuk Tim McGraw
“When you think Tim McGraw, I Hope you think of me”

2.Teardrops On My Guitar
Dulu, sewaktu Taylor masih sekolah dia pernah suka sama cowo yang namanya Drew. Tapi sayangnya Drew cuma nganggep Tay sebagai temannya.
“Drew look at me, I make a fake smile he won’t see”


3. A Place In This World
Lagu ini ditulis Taylor pada saat dia berusia 13 tahun. Bisa dibilang kalo sewaktu nulis lagu ini Tay tuh lagi ngalamin masa pubertas, alias masa untuk menemukan jati diri.
“ I don’t know what I want. So don’t ask me. ‘Cause I’m still try to figure it out..   Oh, I’m just a girl. Try to find a place in this world”

4. Forever and Always
Lagu ini ditulis oleh Taylor untuk mantan pacarnya “Joe Jonas (Member Jonas Brothers). Lagu ini menceritakan tentang kekecewaan Tay sama Joe yang (menurut saya) nggak gentle. (Alasannya) karena Joe memutuskan Tay hanya melalui telfon yang hanya berdurasi 00:27 detik!
“Was I out of line? Did I say something way too honest, made you run and hide
Like a scared little boy”

5.  You Belong With Me
Hampir sama kaya’ lagu “Teardrops”, lagu ini juga menceritakan hal yang sama, dan (mungkin) masih orang yang sama.
“Can’t you see that I’ the one who understand you’ve been here along
  So how can’t you see. You belong with me, you belong with me..”

6. Fifteen
Sesuai judulnya, lagu ini diciptakan Tay sewaktu dia masih berumur 15 tahun. Lagu ini bercerita tentang kehidupannya di usia 15 tahun bersama BFFnya Abigail. Bahkan, dalam Video Klip nya, Taylor meminta sahabatnya Abi untuk jadi modelnya.
“cause when you're fifteen and somebody tells you they love you.
You're gonna believe them, and when you're fifteen. Feeling like there nothing to figure out” You're gonna believe them, and when you're fifteen. Feeling like there nothing to figure out”

7.  Mine
Lagu ini dicipatakan Tay untuk mantannya Jake Gyllenhaal (saya lupa nama panjangnya). Kaya’nya sih Tay itu cinta banget sama Jake, gitu juga sebaliknya. Bahkan Jake pernah ngehadiain berlian mahal waktu Tay ulang tahun. Tapi sayangnya mereka putusss. Gak tau alasannya apa.
“You are the best thing, that ever been mine”

8. Back To December
Another (sad) love songs. Lagu ini dicipatakan Tay sebagai permintaan maafnya untuk sang mantan pacar, yaitu Taylor Lautner. Banyak swifties (fans-nya Tay) yang nganggep kalo mereka berdua (double Taylor) itu serasi. Tay meminta maaf kepada Taylor Lautner karena Tay ngerasa dulu sewaktu mereka masih pacaran, Tay gak bisa ngeluangin banyak waktunya buat Taylor Lautner.
“ So this is me swallowing my pride standing in front of you saying I’m sorry for that night. I’d go back to December turn around and make it alright. I’d go back to December all the time”

9. Enchanted
Lagu enchanted diciptain Tay buat Adam Young (Owl City). Ada gossip (dikalangan Swifties) yang beredar kalo Adam itu sebenernya naksir sama Tay, tapi gak tau kenapa Tay gak mau jadi pacar Adam. Lagu ini romantis banget. Ntah apa maksud Tay nyiptain lagu ini.
“This night is sparkling, don't you let it go. I'm wonderstruck, blushing all the way home
  I'll spend forever wondering if you knew. I was enchanted to meet you”



Lagu ini juga pernah di-cover sama Adam loh. Dengan lirik yang hampir sama, Cuma ngerubah beberapa liriknya, seperti lirik
“Please don’t be in love with someone else. Please don’t have somebody waiting on you”
Berubah menjadi

“I never in love with someone else. I never have somebody waiting on me”

Dia juga nambahin lirik:


“Cause you are all my dreams come true. I just wish you that, Taylor I was so in love with you”

10. Speak Now
Lagu speak now bukan atas pengalaman pribadinya. Tapi lagu ini tentang sahabatnya. Jadi Tay itu punya sahabat yang merupakan vokalis band terkenal yang berinisial P. Sahabatnya Tay itu pacaran sama salah satu personil band P. Setelah mereka putus, sang mantan menemukan wanita lain dan menikah. Nah lagu ini menceritakan tentang perasaan sahabat Tay waktu mantannya mau menikah.
“Don’t say yes, run away now. I need you when you out from the church at the back door.   Don’t wait…..you need to hear me out and they say speak now"

11. Dear John dan The Story of Us
Dua lagu yang berbeda, tapi ditujukan kepada orang yang sama, yaitu John Mayer. Taylor nggak pernah pacaran sama Mayer, tapi dulunya mereka sempat dekat. Dan ntah kenapa akhirnya mereka berpisah.
“Dear John, I see it all now that you're gone. Don't you think I was too young. To be messed  with The girl in the dressCried the whole way home, I should've known”
Dan:
“I used to think one day we'd tell the story of us,   How we met and the sparks flew instantly. People would say they're the lucky ones”

12. Mean
What a good song! Lagu ini mampu membangkitkan motivasi. Karena lagu bercerita tentang bagaimana masa lalu Tay sewaktu di sekolah. Dulunya Tay sering di-bully temen-temennya. Mereka suka ngejekin Tay. Tapi pada akhirnya orang-orang itu sekarang malu. Karena ternyata orang yang dulu sering dihina berubah jadi seseorang yang seperti sekarang.
“Someday I'll be living in a big ol' city, And all you're ever going to be is meanSomeday I'll be big enough so you can't hit me, and all you're ever going to be is meanWhy you gotta be so mean?”

13. Better than Revenge
Lagu ini dibuat Tay untuk pacar barunya Joe Jonas yang namanya Camilie. Wajar sih kalo Tay sempat kesal dengan mereka berdua. Karena setelah Joe mutusin Tay dalam waktu 00.27 detik, keesokan paginya dia udah langsung nggandeng cewe baru. Ckckck…
“ Now I’m stand in the corner and think about what you did. Time for revenge    She's not a saint, and she's not what you think. She's an actress, whoa
   But she's better known. For the things that she does. On the mattress, whoa
   Soon she's gonna find. Stealing other people's toys.
   On the playground won't make you many friends.
   She should keep in mind. She should keep in mind. There is nothing I do better than revenge”

14. Innocent
Innocent dicipatain Tay buat Kenya West. Ingat kejadian itu kan? Waktu Kenya ngehina Tay abis-abisan di depan umum.
Sewaktu tau Tay nyiptain lagu ini, Kenya marah besar, tapi Tay gak perduli. Toh, orang lain juga udah tau gimana kasarnya Kenya ke Tay.
“It's alright, just wait and see. Your string of lights is still bright to me   Oh, who you are is not where you've been. You're still an innocent   It's okay, life is a tough crowd. 32, and still growin' up now   Who you are is not what you did.You're still an innocent.”

15.  Long Live
Long Live diciptain Tay buat band-nya “The Agency”. Harapannya semoga The Agency bisa Long Live..
“Long live the walls we crashed throughHow the kingdom lights shined just for me and you I was screaming long live all the magic we made, and bring on all the pretenders One day we will be remembered”

16. Picture To Burn
“Sebelum aku menyanyikan lagu ini, aku selalu berusaha untuk memberi tahu penonton bahwa aku telah berusaha untuk menjadi orang yang baik.. tapi jika kalian menghancurkan hatiku, menyakiti perasaanku, atau jahat kepadaku, aku akan menulis lagu tentangmu! Haha. Lagu ini adalah contoh yang sempurna.”

17. Cold As You
“Aku menulis lagu ini bersama Liz, dan aku pikir lirik di lagu ini adalah satu dari beberapa lirik terbaik yang pernah kutulis. Ini adalah tentang momen saat kamu menyadari bahwa seseorang tidak seperti apa yang kamu pikirkan, lalu kamu mencoba untuk mencari alasan bagi seseorang bahwa ia tidak pantas untuknya. Dan ada juga beberapa orang yang tidak akan pernah menyukaimu. Kami menulis ini ketika aku mulai bernyanyi ‘And now that I'm sitting here thinking it through, I've never been anywhere cold as you.’”

18. The Outside
“Ini adalah satu dari beberapa lagu yang paling pertama kutulis, dan lagu ini bercerita tentang setiap alasan mengapa aku memulai untuk menulis lagu. Ini adalah ketika aku berusia 12 tahun dan tersisih di sekolah. Aku sangat berbeda dari semua anak, dan aku tidak benar-benar tahu mengapa. Aku lebih tinggi (dibanding mereka semua), dan aku bernyanyi musik country di bar karaoke dan festival pada akhir pekan, disaat semua anak lainnya sedang menghabiskan akhir pekan untuk menginap. Suatu hari, aku sadar bahwa setiap orang sedang membicarakanku pada hari itu. Aku pikir setiap orang memiliki saat-saat didalam hidup mereka menjalani hari-hari yang buruk. Mereka bisa memilih untuk membiarkan hal itu membuat mereka down, atau mereka bisa mencari cara untuk berdiri diatas itu semua. Aku menyimpulkan bahwa, meskipun orang-orang tidak selalu ada untukmu, tetapi musik selalu ada. Dan sangat aneh jika memikirkan betapa berbedanya hidupku saat ini jika aku adalah seseorang yang menjadi salah satu diantara mereka.”


19. Tied Together With A Smile
“Salah satu sahabatku benar-benar cantik. Dia mengikuti kontes kecantikan dan pulang dengan memenangkan segalanya! Setiap gadis ingin menjadi dirinya dan setiap laki-laki ingin menjadi pacarnya. Aku menulis lagu ini suatu hari saat aku tahu ia terserang eating disorder. Itu benar-benar mengagetkanku, dan yang satu ini sulit untuk ditulis, karena aku tidak akan (hanya) menulis cerita sedih. Tapi ini nyata. Lagu ini pada dasarnya tentang seorang gadis yang aku kenal, dan hal-hal sulit yang kulihat ia telah lalui. Aku tidak melihat lagu ini seperti nasihat. Lagu ini adalah tentang: tidak peduli apa yang teman-temanku lalui, aku akan selalu menyayanginya.”

20. Stay Beautiful
“Setelah mendengar lagu-laguku, banyak orang yang berkata `How many boyfriends have you HAD?' dan aku selalu memberitahu mereka bahwa beberapa dari laguku, kutulis berdasarkan pengamatan dari kehidupan nyata. Dengan kata lain, kamu tidak harus berpacaran dengan seseorang hanya untuk menulis lagu tentang mereka. Lagu ini adalah lagu yang yang kutulis tentang seseorang yang tak pernah aku pacari. Wow, benarkah? Haha. Lagu ini tentang seseorang yang aku pikir sangat manis, dan aku tidak banyak berbicara dengannya. Tapi sesuatu tentangnya menginspirasi lagu ini, just watching him!”

21. Should've Said No
“Just being a human being. Aku menyadari bahwa sebelum; setiap kamu membuat masalah besar dengan dirimu sendiri, setiap kekacauan besar yang harus kamu bersihkan, ada satu momen penting dimana kamu hanya bisa berkata ‘tidak’. Lagu ini aku tulis tentang seseorang yang seharusnya tidak pernah menghianatiku.”

22. Mary's Song (Oh My My My)
“Aku menulis lagu ini tentang sebuah pasangan yang tinggal di sebelah rumahku. Mereka telah menikah selamanya. Suatu saat mereka datang ke acara makan malam, dan mereka begitu lucu! Mereka berbicara tentang bagaimana mereka jatuh cinta dan menikah, dan bagaimana mereka bertemu ketika mereka masih kecil. Aku pikir itu sangat manis, karena kamu bisa pergi ke toko dan membaca majalah, lalu melihat siapa yang baru saja putus dan menghianati satu sama lain (atau mendengar lagu-laguku, haha!). Tapi benar-benar melegakan ketika mengetahui bahwa yang harus aku lakukan hanyalah pulang kerumah lalu melihat sebelah rumahku, dan melihat contoh yang sempurna dari hubungan yang tidak pernah berakhir!”


23. Our Song 
“Suatu hari, aku duduk dengan gitarku. Aku suka menulis tentang bagaimana musik mempengaruhi orang-orang, dan sangat menyenangkan untuk menulis lagu ini, karena lagu ini tentang sebuah pasangan yang TIDAK memiliki lagu. Dan aku ingin lagu ini menjadi yang terakhir di album ini, karena baris terakhir dari lagu ini adalah ‘play it again’. Mari kita berharap bahwa orang-orang menganggapnya sebagai isyarat untuk mem-play album ini lagi! Haha.”

orchid

these photos were taken for about 6 months ago