Run For My Life

Minggu, 19 Agustus 2012

Autobiografi 'yang katanya harus' Inspiratif


Kalau ilmuwan seperti Einstein atau katakanlah presiden setaraf John F Kennedy atau bisa juga olahragawan seperti Messi bisa berbangga, hidupnya penuh dengan kisah-kisah menarik bahkan inspiratif sehingga beliau-beliau bisa membukukannya dalam sebuah buku Biografi ataupun Autobiografi. Nah, bagaimana halnya dengan saya, yang otaknya tidak melebihi 0,0001% dari otak Einstein, yang kemampuan untuk memimpinnya tidak mencapai 1/32768 dari kemampuan John F Kennedy, dan yang kemahiran dalam olahraganya lebih bobrok daripada Messi umur 2 tahun? Tetapi bukan berarti saya menjadi kecil nyali, ciut perasaan, minder atau yang lainnya. Karena masih ada beratus atau bahkan beratus juta atau mungkin saja bermilyar orang yang seperti saya.
Kalau kisah hidup saya dibeberkan satu per satu dalam sebuah buku maka tidak akan ada yang mau membeli dan membacanya meskipun harganya sudah diskon 100% atau kemasannya saya buat seimut mungkin dengan tambahan sapu tangan lucu bergambar minneymouse. Karena tidak ada yang menarik kawan! Jadi saya cukupkan untuk membuat sebuah autobiografi yang katanya harus inspiratif sesuai ketentuan yaitu 2 halaman kertas A4 dan ketentuan lainnya. Itu pun kalau bisa dikatakan inspiratif.
Keinginan saya masuk UI adalah sebuah obsesi yang tidak tertawar-tawar lagi. Keinginan itu tumbuh sejak tahun 2003, saat itu saya masih kelas 3 SD. Saya sangat terobsesi masuk UI karena kakak laki-laki saya lulus menjadi mahasiswa di Teknik Perkapalan UI. Setiap akhir tahun dia pulang dia selalu menceritakan betapa hebatnya kampus UI itu. Dan setiap tahun pula diam-diam saya memendam sebuah kalimat “ntar bakalan jadi kampus gue juga tuh!
Dan selama saya sekolah SD, SMP, SMA tidak ada satu pun teman sekolah saya yang tidak tahu kalau saya ingin sekali masuk UI. Bahkan nama saya dibuat olok-oloknya menjadi ‘Rima UI’ tetapi itu tidak membuat saya malu namun bahkan menjadi tantangan bagi saya untuk mewujudkannya. Di benak saya tidak ada universitas lain, yang ada hanya UI, tidak ada ITB, Unpad, Undip atau Unair. Saya tidak mau kenal itu semua.
Sampai akhirnya gerbang memasuki perguruan tinggi idaman saya itu sudah di depan mata. Ketika itu saya duduk di bangku kelas 3 SMA, sekolah saya  memiliki jatah bagi siswa-siswanya untuk mengikuti program masuk PTN yang tahun ini dinamakan SNMPTN Undangan sebanyak 50 orang. Dan saya terpilih menjadi salah satu siswa yang mendapat jatah tersebut. Saya bukan main senangnya. Langsung saja saya cari tahu apakah UI melaksanakan program undangan tersebut dan ternyata iya! Saya tidak menunda-nunda lagi untuk segera mendaftarkan diri saya. Saat itu saya memasukkan Teknik Industri UI pada pilihan pertama dan Teknik Lingkungan UI pada pilihan kedua.
Tetapi jalur SNMPTN Undangan bukanlah satu-satunya jalur untuk masuk ke UI. Masih ada jalur SNMPTN Tulis dan SIMAK. Jadi saya mempersiapkan diri juga untuk kedua jalur cadangan tersebut dengan mengikuti program Bimbingan Belajar. Dalam bimbingan belajar saya atau disingkat bimbel mengadakan 4 kali Try Out, di TO pertama saya lulus di Bahasa dan Kebudayaan Korea UI, TO kedua saya lulus di Bahasa Rusia UI, di TO ketiga saya lulus di Teknologi Bioproses UI, dan di TO keempat saya lulus di Arsitektur Interior UI. Keempat pilihan tersebut sebenarnya bukan pilihan awal saya, karena pilihan awal saya adalah Teknik Industri UI. Tetapi setelah menimbang, mengukur dan menggali kemampuan saya, akhirnya saya putuskan untuk tidak mengambilnya karena pilihan itu terlalu tinggi untuk ukuran kemampuan saya. Dan keputusan terakhir saya adalah memilih Teknologi Bioproses UI di pilihan  pertama, Sastra Belanda di pilihan kedua dan Bahasa dan Kebudayaan Korea di pilihan ketiga.
Akhirnya tibalah hari dimana hasil seleksi SNMPTN jalur Undangan diumumkan. Dengan bergetar tangan saya mengklik tombol Hasil Seleksi dan mendapati diri saya tidak lolos seleksi alias GAGAL! Kedua orangtua saya turut menyabar-nyabarkan saya. Saya sendiri juga harus kuat karena  3 hari lagi saya akan menghadapi SNMPTN Tulis.
Hari SNMPTN tulis pun tiba, Mama saya datang dari kampung untuk mensupport saya dan bahkan ikut mengantar saya ke lokasi ujian. Hari pengumuman hasil seleksi SNMPTN Tulis masih ada 3 minggu lagi, selama itu saya mendaftarkan diri  dan mempersiapkan diri untuk jalur SIMAK. Ketika pengumuman hasil seleksi SNMPTN Tulis tiba, saya meraup kekecewaan lagi, saya TIDAK LOLOS lagi kawan! Hati ini rasanya pilu sekali. Untuk mengabarkan kedua orangtua saya tidak sanggup. Namun akhirnya saya beri tahu juga kabar buruk ini. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam hati Mama saya ketika beliau mengatakan ‘Sabar ya Anakku, mungkin di jalur ini kau gagal tapi Mama yakin kau pasti masuk UI melalui jalur SIMAK, tetap semangat ya Anakku.’ Betapa teririsnya hati saya kala itu.
Di hari ujian SIMAK Mama saya sekali lagi mengantarkan saya ke tempat pelaksanaan ujian. Saya cium dan saya peluk Mama saya sebelum memasuki ruang ujian. Saya lihat sekali lagi wajah Mama saya. Dalam hati saya bertekad, saya tidak akan menambahkan rasa kecewa lagi di wajah itu.
Pengumuman SIMAK ini adalah pengumuman paling mendebarkan daripada pengumuman seleksi-seleksi saya sebelumnnya. Betapa tidak, ini adalah penentuan apakah saya menjadi mahasiswi UI tahun ini atau tidak. Dan ketika membuka hasil seleksinya saya mendapati diri saya LULUS kawan! Oh, saya loncat kegirangan menyambut kabar baik ini, begitu juga Mama saya. Kegagalan sebelumnya sudah terbayarkan dengan keberhasilan ini.
Sekian dahulu cerita dari saya, kiranya cerita ini dapat menginspirasi kawan-kawan semua bahwa jika ada cita-cita atau impian yang tinggi, janganlah takut untuk meraihnya. Saya punya kalimat yang munkin dapat menginspirasi kawan-kawan semua “Bidiklah bulan, sekalipun meleset panahmu akan mendarat di antara bintang-bintang.” Sekarang saya resmi menjadi mahasiswa UI program studi Sastra Belanda fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. It’s like a dream comes true. Akhir kata saya ingin menyampaikan kepada kawan-kawan semua, ‘Nekadlah terhadap Tekadmu!’
Terimakasih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar